Di dunia hewan, tak ada yang tak mengenal semut merah atau yang biasa dipanggil dengan semut rangrang. Ia terkenal sebagai hewan yang giat bekerja dan peduli pada hewan lain. Saat matahari bersinar dengan teriknya, semut merah justru rajin mengumpulkan makanan untuk menghadapi musim hujan yang akan datang. Setiap hari ia berjalan dari rumahnya yang terletak tak jauh dari sungai menuju perumahan terdekat untuk mencari makanan sisa manusia, seperti roti, kue, dan lainnya. Setiap bertemu hewan lainnya, ia senantiasa menyempatkan diri untuk menyapa mereka. Jika ia melihat hewan lain mengalami kesulitan, ia pun tak pernah ragu untuk datang menolongnya. Karena sifatnya yang ramah dan suka menolong itulah, semua hewan menyukainya.
Suatu hari ketika semut merah menjalankan aktivitas sehari-harinya, yakni mencari makanan yang dapat dikumpulkan untuk persediaan musim dingin, seekor semut hitam menyapanya.
“Hai, Rangrang. Kamu hendak kemana?”
“Hai juga, Saudaraku, Semut hitam. Aku hendak mencari makanan untuk ku simpan sebagai persediaan di musim hujan, sepertinya sebentar lagi sudah akan memasuki musim hujan dan kita akan kesulitan mencari makanan saat itu. Makanya aku berencana untuk mengumpulkannya terlebih dahulu, sehingga ketika hujan datang, aku tinggal berleha-leha saja”, jelas semut merah pada semut hitam.
“Ah, kau terlalu berpikir jauh. Matahari masih bersinar cerah, lebih baik kita bermain-main saja menikmati hari ini”, sahut semut hitam.
“Tidak, aku akan bermain nanti sesudah mengumpulkan makanan. Aku duluan saja ya kalau begitu. Daah, semut hitam!”
Semut hitam akhirnya memutuskan untuk mengikuti semut merah mencari makanan. Kedua semut itu langsung menuju tong sampah dan menjelajahi isinya. Semut merah dengan cekatan dan teliti memilah milih makanan yang masih cukup baik untuk dibawa pulang. Berbeda sekali dengan semut hitam, ia makan apa saja yang menurutnya bisa masuk ke perutnya. Setelah dirasakan cukup, semut merah mengajak semut hitam pulang.
Semut merah pulang dengan membawa sisa-sisa roti di punggungnya, sedangkan semut hitam pulang dengan perut penuh terisi.
Di perjalanan pulang, semut merah bertemu dengan temannya sesama semut yang lain. “Tolong, aku lapar sekali, saudaraku”, ujar semut tua itu.
“Carilah makanan sendiri, semut tua! Jangan malas dan hanya meminta-minta!”, bentak semut hitam.
Berbeda sekali dengan yang dilakukan semut merah. Tanpa berpikir panjang, semut merah memberikan makanan di pundaknya untuk semut itu, lalu ia pergi mencari makanan lagi. Semut hitam yang melihat hal tersebut merasa kesal. “Kenapa kau berikan makanan yang sudah susah payah kau dapatkan pada semut tua yang malas tadi?”
“Aku cuma ingin berbagi, lagipula masih ada waktu untuk mencari makanan.”
Akhirnya semut hitam memutuskan untuk meninggalkan semut merah.
****
Sudah 2 hari hujan turun deras diselingi dengan bunyi petir yang memekakkan telinga. Tak beberapa lama kemudian terdengar suara berisik dari luar rumah semut rangrang. Semut rangrang hanya bertasbih memuji asma Allah untuk meminta perlindungan-Nya. Tiba-tiba ia mendengar suara rintihan di depan rumahnya, ketika ia melongokkan kepala keluar, ternyata semut hitam tengah berjalan kepayahan melawan hujan.
“Semut hitam, mampirlah ke rumahku. Di luar sedang hujan!”, panggil semut merah.
“Tidak, aku kelaparan sudah 2 hari tidak makan. Aku mau pergi mencari makanan”, sahut semut hitam.
“Aduh, sebenarnya makanan yang kukumpulkan juga sudah habis. Beberapa keluargaku sedang berkumpul dan mereka makan semua persediaanku. Tapi Alhamdulillah perutku sudah terisi. Aku akan membantumu mencari makanan. Tapi anginnya besar sekali, yang ada nanti malah kita tertiup angin.”
“Aku tidak peduli, aku sudah tidak kuat lagi menahan lapar ini”, jawab semut hitam.
“Apa aku mendengar ada yang kelaparan?”, sebuah suara tiba-tiba mengejutkan mereka berdua. Rupanya suara itu berasal dari semut tua yang waktu itu pernah ditolong semut merah.
“Kau kelaparan semut hitam? Masuklah ke rumahku, ada banyak makanan di sini”, kata semut itu.
Semut hitam dan semut merah bersama-sama masuk ke rumah semut tua, mereka disuguhkan berbagai makanan yang lezat-lezat.
“Terima kasih, semut tua. Aku minta maaf pernah menghinamu tempo hari. Aku menyesal, kalau kau tidak ada mungkin aku sudah mati kelaparan dan kehujanan”, ujar semut hitam sesudah perutnya kenyang.
“Berterima kasihlah pada Allah yang sudah meciptakan rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk. Jika bukan karena kasih sayang, tentu aku tidak akan peduli pada keadaanmu, teman.”
.”Alhamdulillah. aku berjanji tidak akan menghina dan mencemooh perbuatan baik lagi”
Bersamaan dengan itu, hujan pun reda berganti dengan langit cerah dan pelangi yang menghiasinya. *hau