Salah satu jalan dakwah yang populer di era informasi ini adalah dakwah bil qolam. Kata ‘qolam’ merujuk pada firman Allah SWT dalam surat Al-Qolam ayat 1 yang artinya, “Nun, perhatikanlah Al-Qolam dan apa yang dituliskannya”. Al-Qolam diterjemahkan sebagai pena. Jadi, dakwah bil qolam merupakan dakwah dengan menggunakan pena atau alat untuk menulis yang maksudnya adalah dakwah melalui tulisan.
Tulisan dapat menjadi jalan dakwah bagi seseorang yang amalnya akan terus mengalir. Melalui tulisan, seseorang dapat membagi ilmu yang dimiliki. Jika tulisan tersebut didokumentasikan, bisa jadi akan terus ada melintasi zaman dan tak lekang oleh waktu. Selain itu, dakwah melalui tulisan lebih dapat dipertanggungjawabkan dan lebih sistematis.
“Tulisan dapat mengubah banyak hal. Jika bicara, mungkin 1-2 jam kemudian orang akan lupa, namun jika melalui tulisan, sampai kapanpun orang bisa mengingatnya dengan membaca kembali. Sebagai contoh, Al Qur’an. Seandainya Al Qur’an dihafalkan saja tanpa ditulis, tentu kita akan kesulitan. Makanya ada inisiatif dari para sahabat untuk menulis Al Qur’an dalam satu mushaf yang berserakan dan akhirnya dikumpulkan sehingga generasi kita masih dapat membacanya secara utuh karena ditulis,” jelas Dosen Jurnalistik UIN Jakarta Rulli Nasrullah, M.Si.
Kang Arul berpendapat, sistem pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan orang untuk dekat dengan buku dan suka menulis. Bagaimana tidak, sebagai contoh anaknya yang masih duduk di kelas 4 SD sudah harus menghadapi 14 pelajaran. Dengan beban pendidikan yang sedemikian berat, sudah pasti menguras energi. Tidak hanya SD, SMP, SMA, bahkan tingkat universitas, pengajarnya lebih mengarahkan untuk menghafal dibanding menulis dan membaca. Belum lagi harga buku di Indonesia yang terbilang cukup mahal.
Tak hanya itu, mungkin bagi orang yang tinggal di perkotaan, buku mudah didapat. Berbeda halnya dengan mereka yang di daerah-daerah, akses terhadap sumber bacaan masih minim. Beberapa program pemerintah, seperti internet masuk kecamatan, internet masuk kelurahan, merupakan salah satu langkah yang bagus untuk mengembangkan minat baca dan menulis.
Menurut pria asal Cimahi ini, dalam mengatasi hal tersebut perlu langkah-langkah untuk mendorong semangat baca dan tulis. Pertama di mulai dari rumah. orang tua harus menciptakan suasana yang kondusif untuk membaca dan menulis. Sediakan perpustakaan dan ajarkan anak untuk suka membeli buku. Kedua, sekolah harus turut mendukung dengan cara tidak membebani anak dengan pelajaran dan tugas yang terlalu banyak. ketiga, pola pendidikan harus diubah.
“Jangan hanya sekadar melihat nilai yang sifatnya kuantitatif, tapi lebih kepada kualitas diri seseorang. Orang yang bagus di bidang seni dan kurang di bidang ilmu eksak, tidak bisa dibilang tidak pintar. Tidak semua orang memiliki kemampuan belajar yang sama. Selain itu faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan minat baca-tulis. Semuanya harus terintegrasi untuk membangun generasi yang suka membaca dan menulis,” jelasnya.
Menulis itu mudah..
Banyak sekali orang yang ingin menulis dengan sekali duduk langsung menghasilkan 10-30 halaman. Tapi tidak bagi pria yang berprofesi sebagai dosen, penulis, sekaligus wartawan ini. Menurut dia, menulis itu harus sedikit tapi disiplin. Jika sedikit tapi terus dilakukan secara rutin, kemudian akan menjadi sebuah kebiasaan. Karena faktor kebiasaan itulah, semakin diasah semakin mudah menulis.
Agar lebih mudah, sebelum memulai menulis harus diawali dengan pra-menulis. Artinya, sebelum menulis harus melakukan riset. Riset diperlukan sejauh mana data yang ingin kita tampilkan dalam tulisan. Ada riset yang membutuhkan banyak biaya, ada juga yang tidak. “Dalam menulis ada yang disebut tabel naskah. Itu adalah tabel yang memuat daftar pertanyaan yang muncul dalam naskah kita, termasuk sasaran pembaca dan penerbit. Dengan begitu kita tahu yang ingin kita riset.”
Kemudian, lanjut Kang Arul, menulis harus sesuai dengan dunianya. Jika wanita, sebaiknya menulis tentang dunia wanita. Menulis yang bukan bidangnya memerlukan observasi yang mendalam, sehingga akan menyulitkan. Sedangkan menulis sesuai dunianya, akan lebih mudah karena tahu apa yang akan ditulis. Terakhir, disiplin dan ada target. Kebanyakan penulis pemula baru menulis sekian halaman sudah berhenti karena mandek dengan tulisannya. Jika hal ini terus dibiarkan, justru akan menjadi virus.
Kalau sudah mandek, bagaimana dong Kang Arul?
“Seperti yang saya katakan tadi, risetnya harus kuat. Kalau Kang Arul nulis, nggak bisa buka komputer langsung nulis biarpun ada ide. Saya tulis dulu di satu folder, saya pikirkan dulu datanya apa. Kalai perlu, saya setting, saya tulis, searching, taruh dulu semuanya dalam satu folder. Kalau datanya sudah lengkap, baru saya mulai menulis,” ujar pria kelahiran 18 Maret 1975 ini.
Kang Arul menjelaskan, ada dua tipe manusia. Ada manusia yang memiliki kemampuan menulis karena bakat bawaan dari keturunannya, ada juga manusia yang pandai menulis karena pengaruh lingkungan. Meskipun kita tidak dapat mengingkari bahwa setiap manusia diciptakan Allah SWT dengan fitrahnya masing-masing. Salah satu fitrah tersebut ada yang berupa kemampuan untuk menulis. Meskipun orang tuanya tidak suka menulis, si Anak bisa jadi sangat menyukai dunia tulis-menulis karena memang fitrahnya demikian.
Lain halnya dengan orang yang menulis karena faktor lingkungan. Sebuah pepatah mengatakan, jika berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan tertular wanginya. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang suka menulis, maka lambat-laun kita juga akan suka menulis. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebenarnya semua kemampuan di dunia ini dapat dipelajari asal ada kemauan dan usaha yang keras. Jadi, tunggu apalagi? Ambil penamu dan mulai berdakwah!
Tips-tips Kang Arul Agar Tulisan Tembus ke Media :
1. Lakukanlah riset! (Cari tahu secara mendalam tema yang diangkat dalam sebuah media)
2. Perhatikan sasaran pembaca dari media tersebut! (Contoh: Majalah remaja, tentu sasaran pembacanya adalah remaja, gaya penulisan harus disesuaikan)
3. Sesuaikan dengan ruang penulisan yang disediakan! (Jika media hanya meminta Anda untuk mengisi 2000 karakter, jangan dilebihkan atau bahkan dikurangi dengan jumlah yang sangat banyak!)
4. Berdo’a, bersabar, tawakal, dan ikhlas! (^^)v