Prof Dr Komarudin Hidayat : Tanamkan Cinta Ilmu dan Tradisi Belajar!


Dalam kurun waktu satu bulan, dua nyawa meregang sia-sia akibat tawuran antar pelajar. Harian-harian ibukota ramai menjadikan kasus ini sebagai headline sehingga masyarakat pun menjadikannya sebagai agenda publik yang kerap dibicarakan dalam keseharian. Alawy Yusianto Putra (15) siswa SMA Negeri 6 Jakarta Selatan dan Deni Januar (17) siswa SMA Yayasan Karya 66 Jakarta Timur, dua pelajar yang harus menjadi korban tawuran dan merelakan masa depannya hilang begitu saja. Berbagai pendapat para ahi mencoba mengkritisi penyebab kebrutalan remaja-remaja kini.

Rektor UIN Jakarta Prof Dr Komaruddin Hidayat ikut angkat bicara terkait dengan tawuran yang marak terjadi. “Indonesia adalah bangsa yang plural. Sejarah dan tradisi persaingan sudah berlangsung sejak lama. Sebagai negara yang plural, gesekan-gesekan tidak dapat dihindari,” kata Rektor.

Ia berpendapat, ketika aparat pemerintah dan hukum melemah, sementara ruang demokrasi kian melebar, maka masyarakat semakin bebas menyuarakan aspirasinya. Kaum yang merasa hak-haknya tertindas, dirampas, dan didzalimi memiliki kebebasan untuk berekspresi. Gesekan-gesekan horizontal banyak terjadi, seperti sikap ekstrimisme antar pendukung sepak bola, antar kampung, dan antar elit politik, sementara wibawa presiden semakin turun karena belum berhasil memberantas korupsi. Situasi ini menjadi contoh yang tidak baik bagi dunia pendidikan.

“Jumlah penduduk yang semakin banyak, macet dimana-mana, potret kehidupan sosial politik yang buram, peredaran narkoba, kecelakaan karena tindakan indisipliner,dan muncul mal-mal yang merangsang hidup konsumtif serta hedonis. Semua itu menciptakan anak-anak dengan sifat yang mudah marah,” terang rektor yang akrab disapa Pak Komar ini.

Rektor menyayangkan sikap pemerintah yang ingin praktis dengan cara menyeragamkan sistem pendidikan di Indonesia, standar kelulusan yang berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) misalnya. Padahal, setiap daerah memiliki standar kemampuan yang berbeda-beda yang tidak mungkin bisa untuk dipukul rata. “Orientasi sistem pendidikan kita lemah, hanya berfokus pada angka-angka. Yang dinilai adalah hasilnya, bukan proses dan tidak diajarkan untuk mencintai ilmu. Kalau dulu kita diajarkan bahwa ujian itu bagian dari belajar, sekarang itu belajar untuk ujian,” ujar pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 18 Oktober 1953.

Indonesia memiliki banyak model pendidikan yang bagus, pesantren salah satunya. Hukum yang diberlakukan di pesantren tegas. Siapa yang ikut tawuran, langsung dikeluarkan. Selain itu, di pesantren juga ditanamkan cinta ilmu. Saat ini, sudah mulai banyak model-model sekolah pesantren yang dimodernisasi. “Kalau saja pemerintah mau menghargai dunia pesantren dengan cara dikembangkan pendidikan modern, sains dimasukkan dalam pesantren, itu akan sangat bagus. Tapi, pemerintah terkesan sibuk dengan dunianya sendiri. Pesantren yang ada di Indonesia saja 90% milik swasta,” kata pria jebolan Pesantren Modern Pabelan, Magelang (1969) dan Pesantren al-Iman, Muntilan (1971).

Rektor menegaskan, character building, sikap cinta ilmu, dan tradisi belajar penting untuk ditanamkan di sekolah. Perlu ada school culture atau budaya sekolah yang baik seperti suasana belajar yang nyaman, sehingga membuat siswa betah dan senang untuk belajar. Selain itu, harus ada inspiring teacher atau guru yang menginspirasi. “Indonesia mengalami krisis guru, sedikit sekali guru yang bisa menginspirasi muridnya,” katanya.

Wilayah Indonesia sangat luas dan memiliki banyak sekolah dengan kisah sukses yang beragam. Sekolah-sekolah yang memiliki kisah sukses tersebut dapat dijadikan contoh bagi sekolah-sekolah lainnya. “Mana sekolah yang bagus diangkat, kekurangannya dibenahi, dan dicontoh,” tutup mantan Ketua Panwaslu Pemilu 2004 ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

About Me

Foto saya
Holaa! Let me introduce myself. I'm Devy Cahyo Puspita Ningrum, but you can call me "Haura" . Nice to know you (^^)v

Pages

Di mata Allah Yang Maha Bijaksana,
tak ada satu pun yg terbuang percuma
Jgn takut akan kekuranganmu!
Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun
akan menjadi sarana keindahan Tuhan
Ketahuilah, di dalam kelemahan kita
terdapat sebuah kekuatan yg tak terduga .
smangadh!!
:)

Search here..

Mutiara Kalam

Hati adalah wadah. Sebaik-baik wadah adalah yang mau mendengarkan kebaikan (Al-Imam Ali bin Abi Thalib)

Followers

Labels